MODEL PEMBELAJARAN ,
PENDEKATAN , METODE,
STRATEGI DAN TEKNIK PEMBELAJARAN
OLEH : Hj. AGUS LIANA,M.Pd
Disampaikan pada workshop guru tk.kota Jambi
6-14 November 2018
Disampaikan pada workshop guru tk.kota Jambi
6-14 November 2018
Model pembelajaran
adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek
sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru
serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak
langsung dalam proses belajar mengajar.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas
dalam setting pengajaran atau setting lainnya
Fungsi
Model Pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi pengajar dan para guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa setiap model yang akan
digunakan dalam pembelajaran menentukan perangkat yang dipakai dalam
pembelajaran tersebut.
Istilah model Pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Model
pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi,
metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain:
- Rasional teoritik yang logis , disusun oleh para
pencipta atau pengembangnya;
- Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana
siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai);
- Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model
tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil;
- Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan
pembelajaran itu dapat tercapai (Kadir dan Nur, 2009:0
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan
Marsha Weil (Dedi Supriawan
dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model
pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial;
(2) model pengolahan informasi;
(3)model
personal-humanistik;
(4) model modifikasi tingkah laku.
Berikut ini ada beberapa contoh model pembelajaran :
PICTURE AND PICTURE Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Menyajikan materi sebagai pengantar
- Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar
kegiatan berkaitan dengan materi
- Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
- Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
gambar tersebut
- Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai
menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai
- Kesimpulan/rangkuman
2. JIGSAW (MODEL TIM AHLI) Langkah-langkah :
- Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
berbeda
- Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang
ditugaskan
- Anggota dari tim yang berbeda yang telah
mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
- Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan dengan sungguh-sungguh
- Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
- Guru memberi evaluasi
- Penutup
3. EXAMPLES NON EXAMPLES Contoh dapat dari
kasus/gambar yang relevan dengan KD Langkah-langkah :
- Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan
tujuan pembelajaran
- Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan
melalui OHP
- Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada
siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil
diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
- Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil
diskusinya
- Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru
mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
- Kesimpulan
4. COOPERATIVE SCRIPT Skrip kooperatif : metode
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
- Guru membagi siswa untuk berpasangan
- Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan
- Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
- Pembicara membacakan ringkasannya selengkap
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar : -
Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
- Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi
lainnya
- Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
- Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
- Penutup
5. MIND MAPPING Sangat baik digunakan untuk
pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
- Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
- Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan
ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai
alternatif jawaban
- Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
- Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat
alternatif jawaban hasil diskusi
- Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu)
membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papat dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
- Dari data-data di papan siswa diminta membuat
kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang
disediakan guru
6. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (Modifikasi Dari Number Heads)
Langkah-langkah :
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor
- Penugasan diberikan kepada setiap siswa
berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkaiMisalnya : siswa nomor
satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
- Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar
kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan
hasil kerja sama mereka
- Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang
lain
- Kesimpulan
7. NUMBERED HEADS TOGETHER Langkah-langkah :
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam
setiap kelompok mendapat nomor
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
- Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan
nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
- Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru
menunjuk nomor yang lain
- Kesimpulan
8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
(Pembelajaran Berdasarkan Masalah) Langkah-langkah :
- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan
logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
- Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya
- Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka da proses-proses yang
mereka gunakan
9. STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS(STAD)
TIM SISWA KELOMPOK PRESTASI (SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
- Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku,
dll)
- Guru menyajikan pelajaran
- Guru memberi tugas kepada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang tahu
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu
mengerti.
- Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh
siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
- Memberi evaluasi
- Kesimpulan
10. ARTIKULASI
Langkah-langkah :
- Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai
- Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
- Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah
kelompok berpasangan dua orang
- Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan
materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
- Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan
hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah menyampaikan hasil wawancaranya
- Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang
sekiranya belum dipahami siswa
- Kesimpulan/penutup
Berikut pembelajaran yang disarankan
pada K13
A.Pengertian
pembelajaran berbasis projek (PBP)
Pembelajaran
Berbasis Projek (Project-based-learning)
adalah model pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan
pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk memecahkan masalah
dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan
mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.Pendekatan
ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok
dalam mengkostruksikan produk nyata.
Pembelajaran
Berbasis Projek (PBP) merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman nyata. PBP dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta
didik dalam pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan melalui investigasi dalam perancangan produk. PBP merupakan
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis
projek memberi kesempatan peserta didik berpikir
kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan inisiatif untuk menghasilkan produk nyata berupa barang
atau jasa.
Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah yang
ditugaskan oleh guru dalam bentuk suatu projek. Peserta didik aktif mengelola
pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk riil. PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam
kelas dan mengarahkan peserta didik lebih kolaboratif daripada bekerja
sendiri-sendiri. Di samping itu PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui
bekerja mengkonstruk pembelajarannya
melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam produk
nyata.
1. Tujuan
pembelajaran berbasis projek (PBP)
Pembelajaran Berbasis Projek merupakan metode
pembelajaran yang berfokus pada peserta
didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya.
Pelaksanaan PBP dapat memberi peluang
pada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang
puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Tujuan Pembelajaran
Berbasis Projek (PBP) adalah sebagai berikut:
a.
Memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan baru dalam pembelajaran
b.
Meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.
c.
Membuat
peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil
produk
nyata berupa barang atau jasa.
d.
Mengembangkan
dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola
sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.
e.
Meningkatkan
kolaborasi peserta didik khususnya pada
PBP yang bersifat kelompok.
2. Prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis projek (PBP)
PBP adalah pembelajaran dengan menggunakan tugas projek sebagai metode pembelajaran.
Para peserta didik
bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan
produk secara nyata atau realistis.
Prinsip yang mendasari pada
PBP adalah:
a.
Pembelajaran berpusat pada peserta
didik yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b.
Tugas projek menekankan pada
kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan
dalam pembelajaran.
c.
Penyelidikan atau eksperimen
dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis
dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk
(laporan atau hasil karya). Produk tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk
mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan produk.
3.
Langkah-langkah
pembelajaran berbasis projek
Dalam
PBP, peserta didik diberikan tugas dengan mengembangkan tema/topik dalam
pembelajaran dengan melakukan kegiatan projek yang realistik.
Di samping itu, penerapan pembelajaran berbasis projek ini mendorong
tumbuhnya kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri,
serta berpikir kritis dan analitis pada
peserta didik.
Secara umum, langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek
(PBP) dapat dijelaskan sebagai berikut.
Berdasarkan bagan di atas,
kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah PBP adalah sebagai berikut:
Gambar 1: Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek
Diadaptasi dari Keser & Karagoca
(2010)
a.
Penentuan
Projek
Pada langkah ini, peserta didik menentukan tema/topik
projek berdasarkan tugas projek yang diberikan oleh guru. Peserta didik diberi
kesempatan untuk memilih/menentukan projek yang akan dikerjakannya baik secara
kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak menyimpang dari tugas yang
diberikan guru.
b.
Perancangan
Langkah-langkah Penyelesaian Projek
Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan
penyelesaian projek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan
projek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas projek, pemilihan
aktivitas yang dapat mendukung tugas projek, pengintegrasian berbagai
kemungkinan penyelesaian tugas projek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat
mendukung penyelesaian tugas projek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
c.
Penyusunan
Jadwal Pelaksanaan Projek
Peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan
penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama projek itu
harus diselesaikan tahap demi tahap.
d.
Penyelesaian
projek dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah pengimplementasian
rancangan projek yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat dilakukan dalam
kegiatan projek di antaranya adalah dengan a) membaca, b) meneliti, c) observasi,
d) interviu, e) merekam, f) berkarya seni,
g) mengunjungi objek projek, atau h) akses internet. Guru bertanggung
jawab memonitor aktivitas peserta didik dalam melakukan tugas projek mulai
proses hingga penyelesaian projek. Pada kegiatan monitoring, guru membuat
rubrik yang akan dapat merekam aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan
tugas projek.
e.
Penyusunan
Laporan dan Presentasi/Publikasi Hasil Projek
Hasil projek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk
karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau
dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam
bentuk pameran produk pembelajaran.
f.
Evaluasi
Proses dan Hasil Projek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek. Proses refleksi
pada tugas projek dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap
evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama
menyelesaikan tugas projek yang berkembang dengan diskusi untuk memperbaiki
kinerja selama menyelesaikan tugas projek. Pada tahap ini juga dilakukan umpan
balik terhadap proses dan produk yang telah dilakukan.
4. Contoh kegiatan pembelajaran berbasis
projek
Proses
pembelajaran berbasis projek meliputi tahap-tahap persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
projek, tahap persiapan meliputi
kegiatan menemukan tema/topik projek, merancang langkah penyelesaian projek dan
menyusun jadwal projek. Pada tahap pelaksanaan meliputi kegiatan proses
penyelesaian projek dengan fasilitasi dan monitoring dari guru serta penyusunan
laporan dan presentasi/publikasi hasil projek. Pada tahap evaluasi meliputi
kegiatan evaluasi proses dan hasil kegiatan projek.
Berikut
adalah contoh kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis projek
pada tahap kegiatan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
a.
Persiapan
Dalam
persiapan, diawali dengan penjelasan
gurutentang materi yang dipelajari yang diikuti dengan instruksi tugas projek
yang dilengkapi dengan persyaratan tertentu, termasuk ketentuan waktu.
Selanjutnya langkah-langkah PBP adalah sebagai berikut:
1)
Menentukan projeck, yaitu memilih tema/topik untuk menghasilkan
produk (laporan observasi/penyelidikan, karya seni, atau karya keterampilan)
dengan karakteristik mata pelajaran dengan menekankan keorisinilan produk.
Penentuan produk juga disesuaikan dengan kriteria tugas, dengan
mempertimbangkan kemampuan peserta didik dan sumber/bahan/alat yang tersedia.
2)
Merancang langkah-langkah penyelesaian projek dari awal sampai
akhir. Pada kegiatan ini, peserta didik mengidentifikasi bagian-bagian produk
yang akan dihasilkan dan langkah-langkah serta teknik untuk menyelesaikan
bagian-bagian tersebut sampai dicapai produk akhir.
3)
Menyusun jadwal pelaksanaan projek, yaitu menyusun tahap-tahap
pelaksanaan projek dengan mempertimbangkan kompleksitas langkah-langkah dan
teknik penyelesaian produk serta waktu yang ditentukan guru.
b.
Pelaksanaan
1)
Menyelesaikan projek dengan fasilitasi dan monitoring guru,
yaitu mencari atau mengumpulkan
data/material dan kemudian mengolahnya untuk menyusun/mewujudkan bagian demi
bagian sampai dihasilkan produk akhir.
2)
Mempresentasikan/mempublikasikan hasil projek, yaitu menyajikan
produk dalam bentuk diskusi, pameran, atau publikasi (dalam majalah dinding
atau internet) untuk memperoleh tanggapan dari peserta didik yang lain, guru,
dan bahkan juga masyarakat.
c.
Evaluasi
Evaluasi
proses dan hasil projek, yaitu meninjau proses pelaksanan projek dan menilai
produk yang dihasilkan untuk mengetahui ketercapaian tujuan projek.
5.
Teknik
penilaian dalam Pembelajaran Berbasis Projek
Penilaian
yang digunakan dalam pembelajaran berbasis projek meliputi penilaian sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian diperoleh dari kegiatan peserta didik
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu sejak dari perencanaan,
penyusunan jadwal, penyelesaian projek, penyusunan laporan, dan evaluasi proses
dan hasil projek. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman
peserta didik akan kemampuan mengaplikasikan materi pelajaran, kemampuan
penyelidikan/berkarya dan kemampuan menginformasikan mata pelajaran tertentu.
Pada
penilaian tugas projek yang perlu dipertimbangkan adalah:
a.
Kemampuan
pengelolaan
Kemampuan
peserta didik dalam memilih tema/topik yang relevan dengan bahasan materi
pelajaran, mengelola waktu (tugas, materi dan aktivitas) sesuai perencanaan
projek, mencari serta menemukan
informasi/produk sesuai dengan jenis tugas projek dan penulisan laporan.
b.
Relevansi
Kesesuaian
hasil tugas projek dengan materi pelajaran yang diberikan guru dengan
mempertimbangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik dalam
pembelajaran.
c.
Keaslian
Produk
tugas projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya baik
secara individu maupun kelompok.
Langkah
penilaian projek dapat dikelompokkan menjadi dua langkah, yaitu menyusun
instrumen penilaian projek dan membuat rubrik penilaian. Penyusunan instrumen
penilaian projek disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai dalam
pembelajaran, sedangkan rubrik penilaian disusun berdasarkan aspek-aspek
penilaian yang disusun dalam istrumen penilaian.
B.Problem
Based Learning
Tujuan penerapan problem-based learning(PBL) adalah mendidik
siswa agar mencari tahu tentang apa yang harus dipelajari. Siswa
menjadi mandiri dan tidak bergantung pada guru di kelas. Selain itu, hal ini
membuat guru menjadi bukan satu-satunya sumber belajar di kelas. Pembelajaran
bersumberkan pada berbagai macam media dan sumber tidak bertumpu pada satu
orang atau sekelompok orang.
Tujuan dan hasil dari
model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:
1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
Pembelajaran berbasis masalah ini
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2) Pemodelan peranan orang dewasa.
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting
menjembatani jurang antara pembelajaran sekolah formal dan aktivitas mental yang
lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini adalah karaktersitik
dari PBL:
·
PBL mendorong kerja sama
dalam menyelesaikan tugas.
·
PBL memiliki
elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga
peserta didik secara bertahap dapat memiliki peran yang diamati
tersebut.
·
PBL melibatkan peserta
didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka
menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata.
3) Belajar Mandiri (Self Directed Learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada
peserta didik. Peserta didik dapat menentukan sendiri apa yang harus
dipelajari, dan dari mana informasi diperoleh dengan
bimbingan guru. Pendekatan
PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut.
a. Kurikulum:
PBL tidak seperti pada kurikulum tradisionalkarena memerlukan strategi sasaran
di mana projek sebagai pusat.
b. Responsibility:
PBL menekankan responsibility dan
answerability
para peserta didik ke diri dan panutannya.
c. Realisme:
kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi
yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan
sikap profesional.
d. Active-learning:
menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk
menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses
pembelajaran yang mandiri.
e. Umpan
Balik: diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik
menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran
berdasarkan pengalaman.
f. Keterampilan
Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja,
tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti
pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
g. Driving Questions:PBL
difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk
berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan
yang sesuai.
h. Constructive Investigations:sebagai
titik pusat, projek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
i. Autonomy:projek menjadikan
aktivitas peserta didik sangat penting.
Ilustrasi PBL digambarkan dalam siklus sebagai berikut.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1) Permasalahan sebagai kajian
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman
3) Permasalahan sebagai contoh
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses
5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan dalam tabel berikut ini.
Guru
sebagai Pelatih
|
Peserta
Didik sebagai Problem Solver
|
Masalah
sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
|
o
Asking about thinking
(bertanya tentang pemikiran)
o
Memonitor
pembelajaran
o
Menjaga
agar peserta didik terlibat.
o
Mengatur
dinamika kelompok.
o
Menjaga berlangsungnya proses.
|
o
Peserta yang aktif.
o
Terlibat
langsung dalam pembelajaran.
o
Membangunpembelajaran.
|
o
Menarikuntuk
dipecahkan.
o
Menyediakan
kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.
|
Kelebihan Menggunakan PBL
1.
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran
bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah
maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan.
2.
Dalam situasi PBL, peserta didik
mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3.
PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.
Metoda
ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan,
terutama dalam hal sebagai berikut :
1. peserta
didik memperoleh pengetahuan dasar (basic
knkowledge)yang berguna untuk memecahkan masalah bidang
keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta
didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan
relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta
didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Pembelajaran
suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan
dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap
langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
1.
Konsep Dasar (Basic Concept)
Jika
dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk,
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran
tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam
atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan
tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta
didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada
kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta
didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detil,
diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat
mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.
2.
Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)
Dalam langkah
ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya,
peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok
mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas,
sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota
kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam
diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas
kerja.
Selain itu,
setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario
tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik
yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada
bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam
permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan
dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.
Kedua,
melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga,
menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk
mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator
memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang
diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator
mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik
diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa
saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk
menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini,
maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
3.
Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah
mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang
dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat
dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau
bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan
utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan
pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas,
dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas
dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar
pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan
dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan
saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah
mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang
didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap
permasalahan yang dihadapi.
4.
Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)
Setelah
mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran
mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam
kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari
permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara
peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
Tiap
kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil
pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri
untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil
dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan
kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik
mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.
5.
Penilaian (Assessment)
Penilaian
dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill),
dan sikap (attitude). Penilaian
terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS),
kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari
penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,
hardware, maupun kemampuan
perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan
pada penguasaan soft skill, yaitu
keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan
kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut
ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam
kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta
mencatat masalah-masalah yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah meransang
peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas
guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan
mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka.
Memanfaatkan
lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru memberikan
penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks
lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat.
Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar
merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka
mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran.
Tabel
1: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
|
PERILAKU GURU
|
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada masalah.
|
·
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
·
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik.
|
Membantu peserta didik mendefinisikan danmengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
|
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
|
Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
|
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.
|
Fase 1: Mengorientasikan Peserta
Didik pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran
dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru menjelaskan dengan
rinci apa yang dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. serta
dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat
penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam
pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam
proses ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tujuan
utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi
lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
2. Permasalahan
dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah
masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali
bertentangan.
3. Selama
tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja
mandiri atau dengan temannya.
4. Selama
tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan
ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan
ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang
untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
Fase 2: Mengorganisasikan Peserta
Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan
suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik dimana
masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya
interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan
sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan
telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta
didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil
penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan
tersebut.
Fase 3: Membantu Penyelidikan
Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan
eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
(mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk
menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan
pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam
informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai
menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama
pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua
ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan
pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan
solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan
Artifak (Hasil Karya) dan Memamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil
karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa
suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program
komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat
dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah
mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan
lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik
lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau
memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka
gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran
dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.
Metode pembelajaran discovery
(penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa
sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam
pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa
melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik
kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
C.Pembelajaran Discovery
Metode discovery diartikan
sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi
objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas
itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery
yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan
suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara
lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery
ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri,
agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan
suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam
belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan
konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan
yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3)
kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et al. membahas tentang
filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model
penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan
secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi).
Langkah-langkah pembelajaran discovery
adalah sebagai berikut:
- identifikasi kebutuhan siswa;
- seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip,
pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
- seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
- membantu dan memperjelas tugas/ problema yang
dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
- mempersiapkan kelas dan alat-alat yang
diperlukan;
- mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang
akan dipecahkan;
- memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
penemuan;
- membantu siswa dengan informasi/ data jika
diperlukan oleh siswa;
- memimpin analisis sendiri (self analysis)
dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
- merangsang terjadinya interaksi antara siswa
dengan siswa;
- membantu siswa merumuskan prinsip dan
generalisasi hasil penemuannya.
Salah satu metode belajar yang
akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah
metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan
suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan
dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan
tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang
ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah
digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery
anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan
sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema
yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery
yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara
menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan
untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
tanpa pertolongan orang lain.
Beberapa keunggulan metode penemuan
juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
- siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia
berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;
- siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab
mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini
lebih lama diingat;
- menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan
batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat;
- siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode
penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;
- metode ini melatih siswa untuk lebih banyak
belajar sendiri.
Selain memiliki beberapa keuntungan,
metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan
belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan
guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan
dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut
dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru
sebelum pembelajaran dimulai.
Metode discovery (penemuan)
yang mungkin dilaksanakan pada siswa SMP adalah metode penemuan terbimbing. Hal
ini dikarenakan siswa SMP masih memerlukan bantuan guru sebelum menjadi penemu
murni. Oleh sebab itu metode discovery (penemuan) yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah metode discovery (penemuan) terbimbing (guided
discovery).
PENDEKATAN SCIENTIFIC
PADA KURIKULUM 2013
A.
Esensi Pendekatan Scientific/Pendekatan Ilmiah
B.
Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
Menurut
Permendikbud no. 81 A tahun 2013 lampiran IV, Proses pembelajaran terdiri atas
lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a.
mengamati;
b.
menanya;
c.
mengumpulkan informasi;
d.
mengasosiasi; dan
e.
mengkomunikasikan.
Kelima
pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1:
Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
LANGKAH
PEMBELAJARAN
|
KEGIATAN BELAJAR
|
KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
|
Mengamati
|
Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
|
Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi
|
Menanya
|
Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
|
Mengembangkan kreativitas,
rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat
|
Mengumpulkan informasi/
eksperimen
|
- melakukan
eksperimen
- membaca sumber lain
selain buku teks
-
mengamati objek/ kejadian/
- aktivitas
-
wawancara dengan narasumber
|
Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui
berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
|
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
|
-
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
- Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai
sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
|
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan .
|
Mengkomunikasikan
|
Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya
|
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
|
1.
Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam
proses mengamati adalah: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau
dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah: melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi.
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini
memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran
ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah seperti berikut ini.
a.
Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b.
Membuat pedoman observasi sesuai dengan
lingkup objek yang akan diobservasi
c.
Menentukan
secara jelas data-data apa yang
perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d.
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e.
Menentukan secara jelas bagaimana
observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
f.
Menentukan cara dan melakukan pencatatan
atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder,
video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Praktik
observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru
melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti
(1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek
atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek
atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih
luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, dapat
berupa daftar cek (checklist), skala
rentang (rating scale), catatan
anekdotal (anecdotal record), catatan
berkala, dan alat mekanikal (mechanical
device). Daftar cek dapat berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama
subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang ,
berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut tingkatannya. Catatan
anekdotalberupa catatan yang dibuat oleh peserta didik dan guru mengenai
kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang
diobservasi.
2.
Menanya
Kegiatan
belajar menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi
yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan
adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perluuntuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat.
Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan
juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan
verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif?
Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif.
a.
Fungsi
bertanya
1)
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu
tema atau topik pembelajaran.
2)
Mendorong dan menginspirasi peserta didik
untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya
sendiri.
3)
Mendiagnosis kesulitan belajar peserta
didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4)
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5)
Membangkitkan keterampilan peserta didik
dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6)
Mendorong partisipasi peserta didik dalam
berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik
simpulan.
7)
Membangun sikap keterbukaan untuk saling
memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta
mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8)
Membiasakan peserta didik berpikir spontan
dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9)
Melatih kesantunan dalam berbicara dan
membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
b.
Kriteria
pertanyaan yang baik
1)
Singkat dan Jelas
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan
obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda
terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua lebih
singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
2)
Menginspirasi Jawaban
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama
itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal
membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial
kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu
bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?Dua kalimat yang mengawali
pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi
jawaban peserta menjawab pertanyaan.
3)
Memiliki Fokus
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan? Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing
peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga
kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha,
kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia
alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa
dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas
seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti
ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.
4)
Bersifat Probing atau Divergen
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar,
apakah peserta didik harus rajin belajar?(2) Mengapa peserta didik yang sangat
malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup
dijawab oleh peserta didik dengan Ya
atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi
urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang
sama.
5)
Bersifat Validatif atau Penguatan
Pertanyaan
dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang
sama. Jawaban atas pertanyaan itu
dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban
peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan
jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta
mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan.
Contoh:
o Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
o Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang
bekerja.”
o Guru: “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
o Peserta didik II: “karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang
malas tidak produktif”
o Guru : “siapa yang dapat melengkapi
jawaban tersebut?”
o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan
waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
6)
Memberi Kesempatan Peserta Didik untuk Berpikir Ulang
Untuk menjawab
pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk
memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah
mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta
atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.
7)
Merangsang Peningkatan Tuntutan Kemampuan Kognitif
Pertanyaan
guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru
mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif
rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang
menggugah kemampuan kognitif yang lebih
tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan
seterusnya.
8)
Merangsang Proses Interaksi
Pertanyaan
guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri
peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan, guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya. Setelah
itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang peserta didik
diminta menyampaikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Pola bertanya seperti
ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c.
Tingkatan Pertanyaan
Pertanyaan guru yang baik dan benar
menginspirasi peserta didik untuk memberikan jawaban yang baik dan benar pula.
Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan
kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga
yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang
lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
Tingkatan
|
Subtingkatan
|
Kata-Kata
Kunci Pertanyaan
|
Kognitif yang lebih rendah
|
§ Pengetahuan (knowledge)
|
§ Apa...
§ Siapa...
§ Kapan...
§ Di mana...
§ Sebutkan...
§ Jodohkan atau pasangkan...
§ Persamaan kata...
§ Golongkan...
§ Berilah nama...
§ Dll.
|
§ Pemahaman (comprehension)
|
§ Terangkahlah...
§ Bedakanlah...
§ Terjemahkanlah...
§ Simpulkan...
§ Bandingkan...
§ Ubahlah...
§ Berikanlah interpretasi...
|
|
§ Penerapan (application
|
§ Gunakanlah...
§ Tunjukkanlah...
§ Buatlah...
§ Demonstrasikanlah...
§ Carilah hubungan...
§ Tulislah contoh...
§ Siapkanlah...
§ Klasifikasikanlah...
|
|
Kognitif yang lebih tinggi
|
§ Analisis (analysis)
|
§ Analisislah...
§ Kemukakan bukti-bukti…
§ Mengapa…
§ Identifikasikan…
§ Tunjukkanlah sebabnya…
§ Berilah alasan-alasan…
|
§ Sintesis (synthesis)
|
§ Ramalkanlah…
§ Bentuk…
§ Ciptakanlah…
§ Susunlah…
§ Rancanglah...
§ Tulislah…
§ Bagaimana kita dapat memecahkan…
§ Apa yang terjadi seaindainya…
§ Bagaimana kita dapat memperbaiki…
§ Kembangkan…
|
|
§ Evaluasi (evaluation)
|
§ Berilah pendapat…
§ Alternatif mana yang lebih baik…
§ Setujukah anda…
§ Kritiklah…
§ Berilah alasan…
§ Nilailah…
§ Bandingkan…
§ Bedakanlah…
|
3.
Mengumpulkan informasi/ Eksperimen
(Mencoba)
Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan
pembelajarannya antara lain:
a. melakukan eksperimen;
b. membaca sumber lain selain
buku teks;
c. mengamati objek/
kejadian/aktivitas; dan
d. wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan
dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen adalah Mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Untuk memperoleh hasil belajar yang
nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan,
terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam
sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru
hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid, (2) Guru
bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) Perlu
memperhitungkan tempat dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk
pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan
dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid
melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil
kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara
klasikal.
4.
Mengasosiasi/ Mengolah informasi
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses
mengasosiasi / mengolah informasi adalah sebagai berikut.
a. mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
b. Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada
pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Kompetensi
yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/ mengolah inofrmasi adalah
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan.
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan
menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis
atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan
padanan dari associating; bukan
merupakan terjemanan dari reasonsing,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan
beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya
menjadi penggalan memori.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi
pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta
didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah
siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode
kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan
disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau
hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang
kompleks (persyaratan tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati
5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata
atau otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk
kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
5.
Mengomunikasikan
Kegiatan
belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
Dalam kegiatan mengkomunikasikan
dapat dilakukan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan
suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas
sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup
manusia yang menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi
yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif
untuk mencapai tujuan bersama.
Ada empat sifat kelas atau
pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan
dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan
dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat
keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.
1.
Guru dan Peserta Didik Saling Berbagi
Informasi
Dengan pembelajaran kolaboratif, peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu
pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep
pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan
situasi pembelajaran. Di sini, peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan
manajer belajar ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
2.
Berbagi Tugas dan Kewenangan
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan
peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan peserta
didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan informasi,
menghormati antarsesa, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam
pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil
peran secara terbuka dan bermakna.
Contoh Pembelajaran Kolaboratif
Guru ingin mengajarkan tentang
konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang
objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu
(card sort). Prosedurnya dapat dilakukan seperti
berikut ini.
·
Kepada peserta didik diberikan kartu
indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih
katagori.
·
Peserta didik diminta untuk mencari
temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama.
·
Berikan kepada peserta didik yang
kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekanhya.
·
Selama masing-masing katagori
dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang
dirasakan penting.
Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat
dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena memang, internet
merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan akses dan ketersediaan
informasi yang luas dan mudah. Saat ini
internet telah menyediakan diri sebagai referensi yang murah dan mudah bagi
peserta didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin
mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial.
Masa depan adalah milik peserta didik yang memiliki akses hampir ke seluruh
informasi tanpa batas dan mereka yang mampu memanfaatkan informasi diterima
secepat mungkin.
Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An Examination of the Ability of Third Grade Children from the Science
Curriculum Improvement Study to Identify Experimental Variables and to
Recognize Change. Science Education, 57, 123-151.
Depdikbud. 2013. Permendikbud 81A. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985).
The Development and Validation of the
Test of Basic Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the
National Association for Research in Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975). Teaching
Hypothesis Formation. Science Education, 59, 289-296.
Science Education, 62, 215-221.
Science Education, 62, 215-221.
Thiel, R., & George, D. K. (1976). Some Factors Affecting the use of the
Science Process Skill of Prediction by Elementary School Children. Journal
of Research in Science Teaching, 13, 155-166.
Tomera, A. (1974). Transfer and Retention of Transfer of the Science Processes of
Observation and Comparison in Junior High School Students.Science Education, 58, 195-203.
Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep
Dasar, Tahapan Pengembangan dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press
Anggota IKAPI.
Coutinho, M., &Malouf, D. (1993). Performance Assessment and Children with Disabilities: Issues and
Possibilities. Teaching Exceptional Children, 25(4), 63–67.
Cumming, J. J., & Maxwell, G. S. (1999). Contextualizing Authentic Assessment.
Assessment in Education, 6(2), 177–194.
Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen
Otentik Sebagai Penilaian Proses dan Produk Dalam Pembelajaran yang
Berbasis Kompetensi (Makalah Disampaikan pada In House Training (IHT) SMA N 1
Kuta Utara).Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Gatlin, L.,& Jacob, S. (2002). Standards-Based Digital Portfolios: A Component of Authentic Assessment
for Preservice Teachers. Action in Teacher Education, 23(4), 28–34.
Grisham-Brown, J., Hallam, R., & Brookshire, R.
(2006). Using Authentic Assessment to
Evidence Children's Progress Toward Early Learning Standards. Early
Childhood Education Journal, 34(1), 45–51.
Salvia, J., & Ysseldyke, J. E. (2004). Assessment in Special and Inclusive
Education (9th ed.). New York: Houghton Mifflin.
Wiggins, G. (1993). Assessment:
Authenticity, Context and Validity. Phi Delta Kappan, 75(3), 200–214.
0 komentar:
Posting Komentar